Rini Triyani Sugianto, animator
Indonesia di Weta Digital, Selandia Baru
Cartoon Conservative - Rini Sugianto adalah salah satu animator Indonesia yang
telah sukses menembus level dunia. Ia pun terlibat dalam animasi yang cukup
bergengsi, "The Adventures of Tintin" karya Steven Spielberg dan saat
ini sedang mengerjakan post production animation untuk film "The
Avengers".
Melalui email, Kompas Tekno sempat berbincang singkat dengan Rini. Lulusan Academy of Art University, San Francisco ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman di dunia animasi.
Dari Game ke Film
Awalnya, Rini bercerita, ia sempat kesulitan mencari kerja. Tetapi kemudian, Rini dapat kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan game di San Francisco. "Setelah tiga bulan, mereka decided untuk hire saya full time," kenangnya.
Rini pernah mencicipi menggarap animasi di beberapa studio game. Mulai dari Stormfront (pembuat game Neverwinter Nights), Offset Studio (Project Offset) dan kemudian Blur Studio (yang melahirkan game seperti Dante's Inferno, Halo dll). Sejak Agustus 2010, Rini bergabung dengan Weta Digital di Selandia Baru.
Tantangan dan Kesempatan
Meski sudah mencapai level internasional, Rini masih tampak berhati-hati untuk tidak terlalu membangga-banggakan prestasinya. Ia mengaku masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
"Tantangan paling besarnya mungkin untuk tetap menghasil(kan) animasi yang bagus. Animation industry ini very competitive, dan saingannya dari mana-mana. Lulusan-lulusan baru dari sekolah-sekolah animasi juga tidak kalah dengan animator yang sudah bekerja bertahun-tahun," ia bercerita.
Tapi sisi baiknya, ujar Rini, industri animasi adalah industri yang melibatkan banyak negara. "Jadi bisa kenal dengan orang-orang dari berbagai negara, dan bisa dapet kesempatan untuk bekerja di berbagai negara juga," paparnya.
Setelah Tintin, yang murni animasi dan digarap penuh oleh Weta Digital, Rini sekarang mengerjakan animasi pasca produksi untuk film The Avengers. Perbedaannya cukup mencolok karena Avengers dikerjakan oleh beberapa perusahaan dan merupakan film live action.
Bagi penggemar film dari komik tentunya The Avengers salah satu yang dinanti-nantikan. Ini akan menjadi titik temu beberapa film laris seperti Captain America, Iron Man dan Thor. Sayangnya, Rini belum bisa membocorkan apa-apa dari film itu.
Animasi Indonesia
Rini mengaku cukup memperhatikan perkembangan animasi di Indonesia. Bahkan selama satu tahun terakhir, ia terlibat sebagai juri dalam sebuah kompetisi yang diadakan komunitas IndoCG.
Menurut Rini, ia mengamati adanya perbaikan kualitas dari animasi yang dihasilkan Indonesia. Animator Indonesia yang bekerja di berbagai negara juga semakin banyak.
Ia pun berharap Indonesia bisa menghasilkan karya animasi yang semakin baik. Tak menutup kemungkinan pula akan lahirnya film animasi layar lebar maupun studio animasi kelas atas dari Indonesia.
Kepada para animator di Tanah Air, ia berpesan: "Saya selalu bilang untuk never give up, there's always a way. Terus juga untuk animator-animator: Always ask for critiques. Itu cara paling gampang untuk memajukan skill kita sendiri."
Semoga kisah Rini bisa jadi motivasi dan inspirasi para penggiat animasi dalam negeri untuk terus berkarya.
Melalui email, Kompas Tekno sempat berbincang singkat dengan Rini. Lulusan Academy of Art University, San Francisco ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman di dunia animasi.
Dari Game ke Film
Awalnya, Rini bercerita, ia sempat kesulitan mencari kerja. Tetapi kemudian, Rini dapat kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan game di San Francisco. "Setelah tiga bulan, mereka decided untuk hire saya full time," kenangnya.
Rini pernah mencicipi menggarap animasi di beberapa studio game. Mulai dari Stormfront (pembuat game Neverwinter Nights), Offset Studio (Project Offset) dan kemudian Blur Studio (yang melahirkan game seperti Dante's Inferno, Halo dll). Sejak Agustus 2010, Rini bergabung dengan Weta Digital di Selandia Baru.
Tantangan dan Kesempatan
Meski sudah mencapai level internasional, Rini masih tampak berhati-hati untuk tidak terlalu membangga-banggakan prestasinya. Ia mengaku masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
"Tantangan paling besarnya mungkin untuk tetap menghasil(kan) animasi yang bagus. Animation industry ini very competitive, dan saingannya dari mana-mana. Lulusan-lulusan baru dari sekolah-sekolah animasi juga tidak kalah dengan animator yang sudah bekerja bertahun-tahun," ia bercerita.
Tapi sisi baiknya, ujar Rini, industri animasi adalah industri yang melibatkan banyak negara. "Jadi bisa kenal dengan orang-orang dari berbagai negara, dan bisa dapet kesempatan untuk bekerja di berbagai negara juga," paparnya.
Setelah Tintin, yang murni animasi dan digarap penuh oleh Weta Digital, Rini sekarang mengerjakan animasi pasca produksi untuk film The Avengers. Perbedaannya cukup mencolok karena Avengers dikerjakan oleh beberapa perusahaan dan merupakan film live action.
Bagi penggemar film dari komik tentunya The Avengers salah satu yang dinanti-nantikan. Ini akan menjadi titik temu beberapa film laris seperti Captain America, Iron Man dan Thor. Sayangnya, Rini belum bisa membocorkan apa-apa dari film itu.
Animasi Indonesia
Rini mengaku cukup memperhatikan perkembangan animasi di Indonesia. Bahkan selama satu tahun terakhir, ia terlibat sebagai juri dalam sebuah kompetisi yang diadakan komunitas IndoCG.
Menurut Rini, ia mengamati adanya perbaikan kualitas dari animasi yang dihasilkan Indonesia. Animator Indonesia yang bekerja di berbagai negara juga semakin banyak.
Ia pun berharap Indonesia bisa menghasilkan karya animasi yang semakin baik. Tak menutup kemungkinan pula akan lahirnya film animasi layar lebar maupun studio animasi kelas atas dari Indonesia.
Kepada para animator di Tanah Air, ia berpesan: "Saya selalu bilang untuk never give up, there's always a way. Terus juga untuk animator-animator: Always ask for critiques. Itu cara paling gampang untuk memajukan skill kita sendiri."
Semoga kisah Rini bisa jadi motivasi dan inspirasi para penggiat animasi dalam negeri untuk terus berkarya.
source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar