Cartoon Conservative. Kartun, sejarah dan prospeknya, pada medio 2012, menjadi tema yang perlu disampaikan pada Program Pengembangan Karir di prodi DesKomVis Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang.
berikut ini beberapa barang bukti yang berhasil dihimpun panitia.
Untuk workshop tersebut, saya mempersiapkan beberapa slide mengenai sejarah kartun dan prospeknya.
Berikut ini beberapa slide show yang ditampilkan :
Sempat terjadi ketegangan diantara para arkeolog saat ditemukannya patung ini, mereka saling ingin main klaim atas penemuan penting ini. Walaupun begitu, mereka sepakat atas penamaan benda ini, karena ditemukan di desa Willendorf, semacam perbukitan di wilayah Austria. Patung ini lalu di beri nama "Venus of Willendorf" atau "Venus dari Willendorf".
Patung model begini, ternyata tak hanya satu buah, karena di beberapa daerah di Eropa, terdapat varian patung seperti Venus ini.
Honore Daumier. beliau ini sebenarnya pelukis, namun goresan distorsi pada raut-raut obyek di kanvasnya mampu menyiratkan kedalaman emosi. Kelak hal ini lah yang diyakini generasi berikutnya, bahwa dalam dunia seni rupa, terutama adalah bagaimana menghadirkan "ruh" pada lukisan, "ruh cahaya" pada para impresionis, "ruh emosi" pada ekspresionis, dan yang ini barangkali "ruh kartun" yang hendak dihembuskan.
Indonesia, negara paling makmur abad 17, membuat bangsa Eropa tergiur menikmatinya. Belanda, negara kerajaan paling konsisten dalam usaha bisnis dagangnya di wilayah nusantara. Disamping menularkan ilmu dagang, cara menembak, cara membangun benteng, juga bertukar budaya, salah satunya media komunikasi ala cetak mencetak.
Pada abad 18, ketika mesin cetak mulai ramai, beberapa pemikir Belanda mulai mengkritisi sikap bangsanya sendiri tentang apa yang sebenarnya telah mereka lakukan terhadap bangsa nusantara ini. Lahirlah esai-esai kritik, dibuat menjadi semacam koran mini. Di koran mini tersebut disisipi lembaran suplemen berisi ilustrasi bernada kritik. Hal ini kelak lazim dinamakan kartun editorial, kartun yang mengacu tajuk rencana redaksi.
Pada masa perjuangan republik, bangsa ini hanya membuat gambar-gambar sebagai kompor semangat bertempur. Setelah kemerdekaan diakui dunia, lalu ketika bangsa ini bergeser kekuasaan, dari orde lama ke orde baru, pada masa transisi ini, kartun-kartun kritik mulai eksis digunakan untuk mempertajam pandangan redaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar