Rabu, 13 Juni 2012

Ika Crayon Wakili Indonesia Workshop Animasi di Singapura

 Karena hobinya sejak kecil adalah menggambar, Ika selalu belajar mengembangkan kegemarannya tersebut. Baginya menggambar itu sangat menyenangkan. Ia pun mulai mengikuti berbagai lomba menggambar, kaligrafi dan ornamen. 




CartoonConservative -  Ika Yulianti akhirnya memantabkan hati untuk mendalami dunia lukis, ia pun melanjutkan sekolah di SMSR (sekolah Menengah Seni Rupa).
Selain melukis, gadis kelahiran Kulon Progo, 22 Februari 1987 ini kemudian juga mengembangkan minatnya kearah desain grafis, dan belajar banyak tentang perangkat komputer. Berbagai prestasi pun lantas diraihnya, di antaranya berhasil menyabet juara 1 tingkat Nasional lomba PKS di Bali 2005.




“Ini yang mendorong saya untuk terus mengembangkan ilmu desain. Akhirnya dari ilustrasi dan desain saya coba belajar menggabungkannya menjadi gambar bergerak, atau animasi,” ujar perempuan bernama lengkap Ika Yulianti ini kepada Tribun Jogja beberapa waktu lalu.

Tugas Akhirnya di SMSR adalah membuat animasi sederhana 3 Dimensi, dan berhasil meraih penghargaan Pratita Adi Karya, dan dipamerkan dalam Pameran Akhir SMSR tahun 2005 di Auditorium SMM.  “Animasi benar-benar menjadi jiwaku ternyata, karena aku bisa menciptakan suatu kehidupan yang unik dan lucu,” ujarnya lalu tersenyum.

Untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Ika melanjutkan kuliah di jurusan seni desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah, ia pun tidak meninggalkan kegiatan melukis manual dan mendesain. Dari berbagai prestasinya, bahkan pemerintah pun memberikannya beasiswa sejak  Sekolah Dasar hingga di bangku kuliah.

Menurut Ika, animasi menstimulus hidupnya menjadi lebih ceria, humoris, dan lebih tenang menghadapi masalah. “layaknya kita menikmati film-film kartun kesukaan. Animasi sudah mendarah daging bagi saya,” ujarnya.

Saat ini, Ika ingin membuat brand yang nantinya dikembangkan menjadi studio animasi, yaitu Crayon. Nama Crayon inilah yang kemudian dipakai menjadi nama belakangnya. Akun facebook, twitter, dan blognya menggunakan nama Crayon.

Menurutnya, Crayon adalah alat mewarnai yang lunak dan itu pertama kali yang digunakannya sewaktu belajar di TK nol kecil. Kebetulan Crayon Sinchan adalah karakter animasi yang disukainya.

Semenjak itulah ia lebih dikenal dengan nama Ika Crayon daripada Ika Yulianti. Pendidikan benar-benar menjadi hal yang diutamakan bagi Ika, hingga kini, ditengah-tengah kesibukannya mengembangkan animasi, ia tengah menempuh kuliah S2 di ISI Yogyakarta jurusan Videografi.

Selain itu, ia juga mengajar di Politeknik Seni Yogyakarta jurusan GameTech. “Untuk mengajar, saya sangat antusias karena ingin mengembangkan animasi ke game animasi. Dari animasi kita membuat game interaktif yang menarik,” katanya lalu tersenyum.

Menurut Ika, membuat animasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk membuat film animasi bisa sampai satu bulan untuk satu episode. Namun, baginya yang paling penting adalah kepuasan dan kebanggaan dalam berkarya. Kepuasan yang dimaksudnya adalah puas apabila mampu membuat animasi yang menghibur, dan bangga ketika animasinya diakui dan dihargai oleh publik.

Dalam membuat animasi, tentunya Ika tidak sendiri, ia selalu dibantu oleh tim yang terdiri dari narasumber narasi film, editor, kameramen, dan musikus. “Karena tentunya dalam animasi membutuhkan narasi cerita yang kuat, editing yang memadai, video yang mendukung, dan suara yang menghidupkan suasana selama film diputar,” ungkapnya.

Kesulitan dalam dunia animasi, menurut Ika berhubungan dengan alat perangkat produksi, di antaranya perangkat komputer dan editing dengan spec tinggi. “Kesulitannya adalah susah didapat software pendukungnya, jadi untuk mendapatkan software pendukung animasi harus cerewet tanya sana sini dan berlama-lama mendownload,” ungkapnya.

Kiblat komik dan animasi saat ini adalah Jepang. Ika berujar bahwa Jepang mampu menggeser populatitas animasi Amerika. Dari situ sebagai animator, Ika mengaku bisa belajar kuat dari Jepang, mulai dari etos kerja dan kualitas kwantitas karya animasinya. “Namun animator Indonesia bisa mengandalkan ke-khasan Indonesia dengan gaya ketimuran yang beraneka ragam, dan tidak dapat ditemukan diluar negeri,” katanya.

Dalam menggambar, mendesain, dan menganimasikan, Ika lebih sering suka mengangkat kekhasan Indonesia, terutama Yogyakarta. Menurutnya, ini menjadi kekuatan yang tidak bisa ditawar untuk memajukan film animasi Indonesia.

Target Ika dalam waktu dekat ini adalah menyelesaikan S2 , dan membesarkan Crayon yang menghasilkan film-film animasi dengan kualitas dan kwantitas kelas dunia. “harus Go Internasional,” tegasnya bersemangat.

Rencananya, bulan depan Ika juga akan mewakili Indonesia mengikuti workshop di Singapura. Disana ia akan membuat karya video mix media (fotografi, animasi, desain dan video art), kemudian berpameran bersama seniman- seniman dari negara lain yang ikut dalam ajang workshop tersebut. “Ini bukti saya mencoba mengembangkan animasi ke ranah internasional, membawa kekhasan Indonesia,” pungkasnya. (*)

Tribun Jogja - Selasa, 12 Juni 2012 18:16 WIB, reporter Tribun Jogja : HASAN SAKRI GHOZALI
source : http://jogja.tribunnews.com/2012/06/12/ika-crayon-wakili-indonesia-workshop-animasi-di-singapura

Tidak ada komentar: