Selasa, 25 November 2014

Komik, Waktu dan Ruang

(cartoon conservative) Medium, bukan saja sebatas materi, namun juga sebuah medan, ruang. Medium Komik, menggunakan ruang untuk menerangkan waktu, lain halnya dengan Film. Film menggunakan waktu untuk menerangkan ruang.

Gagasan ini divisualkan pada tahun 1893, oleh Emmanuel Poire. (dikutip dari buku The Origins of Comics).





Film, menggunakan sebuah layar, diproyeksikan pada dimensi dengan ukuran nyaris statis. Di dalam dimensi itu tampil sebuah gambar/ citra yang berubah-ubah, dan perpindahan mika film ini membentuk efek gerak pada dimensi statis berupa layar itu.



Komik, menggunakan ruang berupa kertas, makin banyak adegan, maka kertas yang digunakan makin berlembar-lembar. Makin banyak adegan, memberi arti makin banyak waktu pula yang digunakan untuk menjalin cerita, persis lamanya kita membalik sebuah halaman, maka secepat itulah cerita berlangsung.



Hal ini tidak berlaku pada film, ketika film diputar secara lebih cepat dari ukuran normal, maka akan berakibat film terlihat terpatah-patah, karena ada adegan yang tak sempat ditangkap mata.



Problem-problem itu teknis semata, dan masih bisa diurai lebih banyak lagi. Tulisan ini hanya pancingan untuk membuka diskusi, tentang bagaimana keputusan penting dalam memilih medium, sebagai medan berkarya kita. []

Tidak ada komentar: